A. Latar Belakang Terjadinya Perang
Dunia II
Latar belakang yang menjadi penyebab Perang Dunia II yang terjadipada tahun
1939-1945 pada umumnya tidak dapat dilepaskan dari peristiwa Perang Dunia
I yang terjadi pada tahun 1914-1918.
Secara umum yang menyebabkan terjadinya Perang Dunia II 1939-1945 dipicu oleh
dua faktor yaitu sebab umum dan sebab khusus.
1. Sebab umum:
a. Kegagalan Liga
Bangsa-Bangsa (LBB) dalam menciptakan perdamaian dunia.
b. b. Negara – negara maju saling berlomba memperkuat militer
dan persenjataannya.
c. Adanya politik aliansi (mencari kawan persekutuan).
1. Blok Fasis terdiri atas Jerman, Italia, dan Jepang
2. Blok Sekutu terdiri atas:
a) Blok demokrasi yaitu Perancis, Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda.
b) Blok komunis yaitu Rusia,Polandia, Hongaria, Bulgaria, Yugoslavia,
Rumania, dan Cekoslovakia.
d. Adanya pertentangan-pertentangan akibat ekspansi
e. Adanya pertentangan faham demokrasi, fasisme dan komunisme.
f. Adanya politik balas dendam (“Revanche Idea”) Jerman terhadap Perancis
karena Jerman merasa dihina dalam PerjanjianVersailles
2. Sebab Khusus Terjadinya Perang Dunia II
Di Eropa, sebab khusus terjadinya
Perang Dunia II adalah serbuan Jerman ke Kota Danzig, Polandia pada tanggal 1
September 1939. Polandia merupakan negara di bawah pengawasan Liga
Bangsa-Bangsa. Hitler menuntut Danzig karena penduduknya adalah bangsa Jerman,
tetapi Polandia menolak tuntutan itu. Pada tanggal 3 September 1939
negara-negara pendukung LBB terutama Inggris dan Perancis mengumumkan perang
kepada Jerman, kemudian diikuti sekutu-sekutunya. Perang Dunia di Pasifik
disebabkan oleh serbuan Jepang terhadap Pangkalan Armada Angkatan Laut Amerika
di Pearl Harbour, Hawai (7 Desember 1941).
B. Pihak-pihak Yang Terlibat , Jalannya
Peperangan, dan Perjanjian Setelah Perang Dunia II
1. Pihak-pihak yang terlibat dalam Perang Dunia
II
Negara-negara yang terlibat dalam
Perang Dunia II adalah
- Blok Sekutu ( Inggris, Perancis,
Rusia, Amerika Serikat, Cina).
- Blok Sentral ( Jerman, Italia, dan Jepang).
2. Jalannya Peperangan
a. Medan Eropa
Pada tanggal 1 September 1939 Jerman menyerang Polandia. Inggris dan Perancis
mengumumkan perang kepada Jerman. Inilah sebagai awal meletusnya Perang Dunia
II. Pada tanggal 9 April 1940 Jerman melakukan serangan ke utara yakni ke
Denmark dan Norwergia. Kedua negara ini dapat diduduki Jerman. Pada bulan Mei
1940 Belanda dapat diduduki Jerman sehingga Ratu Wilhelmina mengungsi ke
Inggris. Pada tanggal 10 Juni 1940 Italia mengumumkan perang kepada Perancis dan
Inggris, dilanjutkan menyerbu Perancis. Pada bulan Juni 1940 pasukan Jerman
bergerak menuju Perancis dan dapat mendudukinya. Tentara Perancis di bawah
pimpinan Charles de Gaulle mengungsi ke Inggris. Kekuatan dua negara fasis
Jerman dan Italia semakin mantap. Angkatan Udara Jerman menyerbu Inggris tetapi
usahanya gagal kemudian beralih dengan pengeboman-pengeboman dan serangan laut
ke arah Angkatan Laut Inggris. Pada tanggal 27 September 1940 Jerman, Italia,
dan Jepang bersatu dalam Perjanjian Tiga Negara. Pada tanggal 22 Juni 1941
dengan bantuan Finlandia dan Rumania, Jerman menyerbu Rusia. Padahal selama 18
bulan sebelumnya Hitler telah mengadakan perjanjian dengan Uni Soviet tidak
akan saling menyerang. Bagaimana menurut pendapat anda tentang tindakan Hitler
ini?
b. Medan Afrika
Tentara Jerman menyerbu Balkan sampai di Kreta. Rumania dan Bulgaria memihak
kepada Jerman. Inggris dapat memukul mundur tentara Italia dAfrika Utara.
Serangan Sekutu terhadap Blok Sentral pada tanggal 2Oktober1942di Afrika Utara
dipusatkan di El Alamien, Mesir. Tentara Jerman di bawah Jenderal Erwin Rommel
menyerbu Afrika dan menghantam Inggris sampai di muka Alexandria.
Serangan Jerman ke Afrika Utara dapat ditahan oleh Inggris di bawah
pimpinan Montgomery dan Amerika Serikat di bawah Eisenhower pada tanggal 12
November 1942. Datangnya bantuan pasukan Amerika Serikat membuat pertahanan
Jerman semakin rapuh. Sejak 19 November 1942 Jerman kalah melawan Rusia dalam
pertempuran di Stalingrad. Kemudian Rusia menyerbu Polandia dan Balkan.
c. Medan Asia Pasifik
Perang di medan Asia Pasifik diawali
dengan penyerbuan pangkalan Armada Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl
Harbour, Hawai pada tanggal 7 Desember 1941 oleh Jepang. Perang Dunia II di
medan Asia Pasifik sering disebut Perang Asia Timur Raya, karena Jepang selalu
mempropagandakan bahwa peperangan yang dilakukan bertujuan mewujudkan
kemakmuran bersama di kawasan Asia Timur Raya.
Dalam serangan Jepang pada tanggal 7 Desember 1941 menewaskan
kurang
lebih 2.330 tentara Amerika Serikat dan 100 orang sipil di samping
menghancurkan peralatan perang Amerika Serikat. Jepang menyatakan perang
terhadap Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Serbuan Jepang dilanjutkan ke
negara-negara di Asia Tenggara dengan menduduki Muangthai, Birma (Myanmar),
Malaysia, dan Hindia Belanda (nama Indonesia waktu itu). Untuk membalas
serangan-serangan Jepang, Sekutu menyusun taktik serangan dari pulau satu ke
pulau lain atau sistem katak loncat. Strategi ini dipimpin oleh Jendral Dauglas
Mac Arthur dan Laksamana Chester Nimitz. Tentara Jepang di Laut Karang dan
Midway (7 Mei 1942) dihancurkan oleh Sekutu. Inilah titik balik pertama. Dalam
pertempuran-pertempuran berikutnya Amerika Serikat dapat merebut Filipina (22
Oktober1944), Iwo Jima (17 Maret 1945), Okinawa (21 Juni 1945). Kemudian
Inggris di bawah Lord Louis Mauntbatten menyerbu Birma (Myanmar) dan
menghancurkan tentara Jepang (30 April 1945). Dari Saipan dan Okinawa Angkatan
Udara Amerika Serikat menyerang kota-kota Jepang, tetapi Jepang belum menyerah.
Akhirnya pada tanggal 6 Agustus 1945 Hiroshima dijatuhi bom atom dilanjutkan
tanggal 9 Agustus 1945 di Nagasasaki Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu
tanggal 14 Agustus 1945.
3. Perjanjian Setelah Perang Dunia II
Setelah Perang Dunia II berakhir, maka negara-negara yang terlibat dalam perang
itu, baik yang menang perang maupun yang kalah perang menempuh upaya
perdamaian. Upaya perdamaian itu dilakukan dengan perjanjian perdamaian.
Berbagai perjanjian perdamaian yang pernah dilakukan di antaranya:
a) Konferensi Potsdam (2 Agustus 1945) antara Jerman dengan Sekutu yang
dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman, Pemimpin Uni Soviet
Joseph Stalin dan perwakilan dari Inggris Clement Richard Attlee, telah
melahirkan keputusan-keputusan antara lain:
• Jerman dibagi atas empat daerah pendudukan yaitu Jerman Timur dikuasai oleh
Rusia, Jerman Barat dikuasai oleh Amerika Serikat, Inggris, Perancis. Begitu
pula kota Berlin yang terletak di tengah-tengah daerah pendudukan Rusia dibagi
menjadi empat yaitu Berlin Timur dikuasai oleh Rusia dan Berlin Barat dikuasai
oleh Amerika Serikat, Inggris dan Perancis.
• Danzig dan daerah Jerman bagian timur Sungai Order dan Neisse diberikan
kepada Polandia.
• Demiliterisasi Jerman.
• Penjahat perang harus dihukum.
• Jerman harus membayar ganti rugi perang.
b) Perjanjian Perdamaian Sekutu dengan Jepang (1945 di Jepang) melahirkan
keputusan-keputusan antara lain:
Kepulauan Jepang diberikan kepada tentara pendudukan Amerika Serikat (untuk
sementara).
Kepulauan Kuril dan Sakhalin diserahkan kepada Rusia sedangkan Manchuria dan
Taiwan diserahkan kepada Cina. Kepulauan-kepulauan Jepang di Pasifik diserahkan
kepada Amerika Serikat. Korea akan dimerdekakan dan untuk sementara waktu
bagian selatan Korea diduduki oleh Amerika Serikat sedangkan bagian utara
diduduki oleh Rusia.
c) Perjanjian Perdamaian Sekutu dengan Italia (1945 di Paris) melahirkan
keputusan-keputusan antara lain:
- Daerah Italia diperkecil.
- Trieste menjadi negara merdeka di bawah PBB.
- Abessynia dan Alabania dimerdekakan kembali.
- Semua jajahan Italia di Afrika Utara diambil
Inggris.
- Italia harus membayar kerugian perang.
- Perjanjian Perdamaian Sekutu dengan Austria (1945
di Austria) melahirkan keputusan-keputusan antara lain:
- Kota Wina dibagi atas 4 daerah pendudukan di
bawah Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia.
- Syarat-syarat lain belum dapat ditentukan
pada saat itu karena keempat negara tersebut belum dapat mengadakan
persetujuan.
d) Perjanjian Sekutu dengan Hongaria,
Bulgaria, Rumania, Finlandia, ditentukan di Paris tahun 1945 dan melahirkan
keputusan-keputusan antara lain:
• Masing-masing daerah tersebut diperkecil.
• Masing-masing daerah harus membayar ganti rugi perang.
C. Perang Dunia II di Asia-Pasifik serta Pendudukan
Militer Jepang di Indonesia
Perang Dunia II di medan Asia-Pasifik
diawali oleh Jepang dengan membom secara tiba-tiba terhadap pangkalan terbesar
Angkatan Laut Amerika Serikat Pearl Harbour di Pasifik tanggal 7 Desember 1941.
Jepang dalam waktu singkat melakukan serbuan ke selatan yakni pada tanggal 8
Desember 1941 menyerbu lapangan terbang Clark Field dan lapangan Iba di Pulau
Luzon Filipina. Pada tanggal 10 Desember 1941 Jepang menduduki Pulau
Luzon dan Bataan di Filipina. Kemudian pada tanggal 16 Desember 1941 Jepang
berhasil menduduki Birma (Myanmar) dan akhirnya pada tanggal 20 Desember 1941
Jepang menduduki Davao di Filipina.
Untuk menghadapi serangan Jepang, tentara Sekutu membentuk komando
ABDACOM (American, British Dutch Australian Command) yaitu gabungan dari
pasukan Amerika, Inggris, Belanda, dan Australia yang bermarkas di Lembang
(dekat Bandung). Pasukan ini mulai
beroperasi tanggal 15 Januari 1942 di bawah panglima besar Sir Archibald Wavell
(Inggris). Di samping itu juga membentuk Front ABCD (American, British, Cina,
Dutch) yaitu gabungan pasukan Amerika, Inggris, Cina dan Belanda.
Pada bulan Januari 1942 Jepang menduduki Malaysia, Sumatera, Jawa, dan
Sulawesi. Malaysia pada waktu itu dikuasai Sekutu berhasil direbut Jepang. Pada
tanggal 24 Januari 1942 Jepang menduduki Tarakan, Balikpapan, dan Kendari.
Balikpapan merupakan sumber-sumber minyak maka diserang dengan hati-hati agar
tetap utuh, tetapi dibumihanguskan oleh tentara Belanda. Tanggal 3 Februari
1942 Samarinda diduduki pasukan Jepang. Pada waktu itu Samarinda masih dikuasai
tentara Hindia Belanda (KNIL). Dengan direbutnya lapangan terbang oleh Jepang,
maka tanggal 10 Februari 1942 Banjarmasin dengan mudah dapat diduduki. Pada
tanggal 4 Februari 1942 Ambon berhasil diduduki Jepang, kemudian dilanjutkan
pada tanggal 14 Februari 1942 menguasai Palembang dan sekitarnya.
Adapun serangan-serangan pasukan Jepang di Jawa diawali pada tanggal 1 Maret
1942, Jepang mendarat di Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat) dan di Kragan
(Jawa Tengah). Kemudian tanggal 5 Maret kota Batavia (Jakarta) jatuh ke tangan
tentara Jepang dan dilanjutkan menduduki Buitenzorg (Bogor). Jepang menyerang
di Pulau Jawa karena dipandang sebagai basis kekuatan politik dan militer
Belanda Pasukan Belanda terkepung di Cilacap dan Bandung kemudian menyerah
tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati, Subang (Jawa Barat) pada tanggal 8
Maret 1942. Penyerahan ini ditandatangani oleh Panglima Tentara Hindia Belanda
Letnan Jenderal Ter Poorten dan di pihak Jepang diwakili Jenderal Hitosyi
Imamura.
D. Dampak Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang di
Indonesia
Aspek Politik
Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer Jepang) adalah
melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal 20 Maret 1942,
dikeluarkan peraturan yang membubarkan semua organisasi politik dan semua
bentuk perkumpulan. Pada tanggal 8 September 1942 dikeluarkan UU no. 2 Jepang
mengendalikan seluruh organisasi nasional.
Selain itu, Jepangpun melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa
Indonesia dengan cara:
• Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko
Ichiu)
• Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan
Jepang pelindung Asia)
• Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa
pelajar.
• Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji
• Menarik simpati organisasi Islam MIAI.
• Melancarkan politik dumping
• Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional
seperti: Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara
membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda.
Selain propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa
pembentukan badan-badan kerjasama seperti berikut:
• Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum
Nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk
mengabdi kepada Jepang.
• Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi
sentral dan terdiri dari berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian
wanita pusat dan perusahaan).
Penerapan sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan
kebutuhan perang). Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contoh Jawa
menjadi 17 daerah, Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah
Angkatan Laut) 3 daerah. Setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada
Jepang di Kalijati maka seluruh daerah Hindia Belanda menjadi 3 daerah
pemerintahan militer:
• Daerah bagian tengan meliputi Jawa dan Madura dikuasai oleh
tentara keenambelas denagn kantor pusat di Batavia (Jakarta).
• Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat
di Bukittinggi dikuasai oleh tentara keduapuluhlima.
• Daerah bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi,
Nusantara, Maluku dan Irian Jaya dibawah kekuasaan armada selatan kedua dengan
pusatnya di Makassar.
Selain kebijakan politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga melakukan
perubahan dalam birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan
organisasi pemerintahan di tingkat pusat dengan membentuk Departemen dan
pembentukan Cou Sang In/dewan penasehat. Untuk mempermudah pengawasan dibentuk
tiga pemerintahan militer yakni:
• Pembentukan Angkatan Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan
Madura dengan Batavia sebagai pusat dan dikenal dengan tentara ke enam belas
dipimpin oleh Hitoshi Imamura.
• Pembentukan Angkatan Darat/Rikuyun, yang membawahi Sumatera
dengan pusat Bukit Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal dengan tentara ke dua
puluh lima dipimpin oleh Jendral Tanabe.
• Pembentukan Angkatan Laut/Kaigun, yang membawahi
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian dengan pusatnya Ujung
Pandang (Makasar) yang dikenal dengan Armada Selatan ke dua dengan nama
Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.
Untuk kedudukan pemerintahan militer sementara khusus Asia Tenggara berpusat di
Dalat/Vietnam.
1. Aspek Ekonomi dan Sosial
Pada kedua aspek ini, Anda akan menemukan bagaimana praktek eksploitasi ekonomi
dan sosial yang dilakukan Jepang terhadap bangsa Indonesia dan Anda bisa
membandingkan dampak ekonomi dan sosial dengan dampak politis dan birokrasi.
Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang
adalah sebagai berikut:
• Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka
seluruh potensi sumber daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang
mendukung mesin perang. Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank
dan perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang terbengkelai akibat titik
berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Kondisi tersebut
menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat
drastis.
• Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat
dengan sanksi pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan
pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang. Pengendalian harga untuk
mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet,
tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya. Pembatasan teh, kopi dan tembakau,
karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan perang. Monopoli tebu dan
gula, pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan pertanian dan
perkebunan merusak tanah.
• Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki
(memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang).
Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan dikorbankan untuk
kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat baik fisik maupun
material.
Pada tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga
tuntutan akan kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya
pemerintah Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara
besar-besaran melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta
instansi resmi pemerintah. Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan
menyerahkan bahan makanan 30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40%
menjadi hak pemiliknya. Sistem ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit,
gairah kerja menurun, kekurangan pangan, gizi rendah, penyakit mewabah melanda
hampir di setiap desa di pulau Jawa salah satunya: Wonosobo (Jateng) angka
kematian 53,7% dan untuk Purworejo (Jateng) angka kematian mencapai 224,7%.
Bisa Anda bayangkan bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan bangsa
Indonesia pada masa Jepang (bahkan rakyat dipaksa makan makanan hewan seperti
keladi gatal, bekicot, umbi-umbian).
2. Aspek Kehidupan Militer
Pada aspek militer ini, Anda akan memahami bahwa badan-badan militer yang
dibuat Jepang semata-mata karena kondisi militer Jepang yang semakin terdesak
dalam perang Pasifik.
Memasuki tahun kedua pendudukannya (1943), Jepang semakin intensif mendidik dan
melatih pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer. Hal ini disebabkan karena
situasi di medan pertempuran (Asia – Pasifik) semakin menyulitkan Jepang. Mulai
dari pukulan Sekutu pada pertempuran laut di Midway (Juni 1942) dan sekitar
Laut Karang (Agustus ’42 – Februari 1943). Kondisi tersebut diperparah dengan
jatuhnya Guadalacanal yang merupakan basis kekuatan Jepang di Pasifik (Agustus
1943).
Situasi di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan menghimpun
kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai tenaga potensial
yang akan diikutsertakn dalam pertempuran menghadapi Sekutu.
Masa Pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh bagi
perkembangan Indonesia, selain itu hampir tidak adanya tantangan yang berarti
kepada Belanda sebelumnya. Dalam masanya yang singkat itu, Jepang membawa
dampak yang positif dan juga membawa dampak yang negatif bagi bangsa Indonesia
pada umumnya. Pada umumnya kebanyakan beranggapan masa pendudukan Jepang adalah
masa-masa yang kelam dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak semuanya itu
benar, ada beberapa kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang memberikan
dampak positif, terutama dalam pembentukan nasionalisme Indonesia dan pelatihan
militer bagi pemuda Indonesia.
3. Dampak Positif Pendudukan Jepang
Tidak banyak yang mengetahui tentang dampak positifnya Jepang menduduki
Indonesia. Ada pun dampak positif yang dapat dihadirkan antara lain :
• Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa
komunikasi nasional dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai
bahasa nasional.
• Jepang mendukung semangat anti-Belanda, sehingga mau tak
mau ikut mendukung semangat nasionalisme Indonesia. Antara lain menolak
pengaruh-pengaruh Belanda, misalnya perubahan nama Batavia menjadi Jakarta.
• Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang
mendekati pemimpin nasional Indonesia seperti Sukarno dengan harapan agar
Sukarno mau membantu Jepang memobilisasi rakyat Indonesia. Pengakuan Jepang ini
mengukuhkan posisi para pemimpin nasional Indonesia dan memberikan mereka
kesempatan memimpin rakyatnya.
• Dalam bidang ekonomi didirikannya kumyai yaitu koperasi
yang bertujuan untuk kepentingan bersama.
• Mendirikan sekolah-sekolah seperti SD 6 tahun, SMP 9 tahun,
dan SLTA
• Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah
yaitu rukun tetangga (RT) atau Tonarigumi
• Diperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian yaitu line
system (sistem pengaturan bercocok tanam secara efisien) yang bertujuan untuk
meningkatkan produksi pangan.
• Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia. Dari sini muncullah ide Pancasila.
• Jepang dengan terprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda
Indonesia demi kepentingan Jepang pada awalnya. Namun oleh pemuda hal ini
dijadikan modal untuk berperang yang dikemudian hari digunakan untuk menghadapi
kembalinya pemerintah kolonial Belanda.
• Dalam pendidikan dikenalkannya sistem Nipon-sentris dan
diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah
4. Dampak Negatif Pendudukan Jepang
Selain dampak positifnya tadi diatas, Jepang juga membawa dampak negatif yang
luar biasa antara lain :
• Penghapusan semua organisasi politik dan pranata sosial
warisan Hindia Belanda yang sebenarnya banyak diantaranya yang bermanfaat bagi
kemajuan ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, dan kesejahteraan warga.
• Romusha, mobilisasi rakyat Indonesia (terutama warga Jawa)
untuk kerja paksa dalam kondisi yang tidak manusiawi.
• Penghimpunan segala sumber daya seperti sandang, pangan,
logam, dan minyak demi kepentingan perang. Akibatnya beras dan berbagai bahan
pangan petani dirampas Jepang sehingga banyak rakyat yang menderita kelaparan.
• Krisis ekonomi yang sangat parah. Hal ini karena
dicetaknnya uang pendudukan secara besar-besaran sehingga menyebabkan
terjadinya inflasi.
• Kebijakan self sufficiency (kawasan mandiri) yang
menyebabkan terputusnya hubungan ekonomi antar daerah.
• Kebijakan fasis pemerintah militer Jepang yang menyebar
polisi khusus dan intelijen di kalangan rakyat sehingga menimbulkan ketakutan.
Pemerintah Jepang bebas melanggar hak asasi manusia dengan menginterogasi,
menangkap, bahkan menghukum mati siapa saja yang dicurigai atau dituduh sebagai
mata-mata atau anti-Jepang tanpa proses pegadilan.
• Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independen,
semuanya dibawah pengawasan Jepang.
• Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi keamanan yang
parah seperti maraknya perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
• Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris
yang menyebabkan pendidikan yang lebih tinggi terasa mustahil.
• Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat
pada masa itu yang menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.
E. Bentuk-bentuk Perlawanan Terhadap Pendudukan
Jepang di Indonesia
1. Perjuangan Melalui Organisasi
Bikinan Jepang
- Memanfaatkan Gerakan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)
- Memanfaatkan Barisan Pelopor (Syuisyintai)
- Memanfaatkan Chuo Sangi In (Badan Penasihat
Pusat)
2. Perjuangan Melalui Organisasi
Islam Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) merupakan perkumpulan dari organisasi-
organisasi Islam yang didirikan pada tanggal 21 September 1937 di Surabaya pada
masa pemerintah Hindia Belanda. Pemrakarsa berdirinya organisasi ini adalah
K.H. Mas Mansur, K.H. Wahab Hasbullah, Wondoamiseno, dan lain- lain. Pada masa
pendudukan Jepang di Indonesia organisasi ini tetap diperbolehkan berdiri. Hal
ini merupakan pendekatan Jepang terhadap golongan nasionalis Islam agar umat
Islam tidak melakukan kegiatan-kegiatan politik. Setelah penyerbuannya pada
tahun 1942, Jepang merasa membutuhkan hidupnya organisasi MIAI. Oleh karena itu
Jepang masih memberi hak hidup terhadap MIAI dalam melakukan kegiatannya.
Walaupun Jepang masih memberi hak hidup akan tetapi MIAI tidak dapat diharapkan
bahkan dianggap sebagai kendala terhadap keinginan Jepang. Hal ini dikarenakan
MIAI dibentuk atas inisiatif kaum muslimin dan perhatiannya banyak tertuju pada
masalah politik dan akan menolak segala bentuk kolonisasi. Karena organisasi
ini dianggap kurang memuaskan Jepang maka pada bulan Oktober 1943 dibubarkan
oleh Jepang diganti organisasi baru yakni Majelis Syura Muslimin Indonesia
(MASYUMI) yang disahkan oleh Gunseikan pada tanggal 22 November 1943.
3. Perjuangan Melalui Gerakan Bawah
Tanah
a. Gerakan Kelompok Sutan Syahrir
b. Gerakan Kelompok Amir Syarifuddin
c. Golongan Persatuan Mahasiswa
d. Kelompok Sukarni
e. Kelompok Pemuda Menteng 31
f . Golongan Kaigun
Gerakan-gerakan di atas dalam mencapai tujuannya melakukan kegiatan-kegiatan
antara lain sebagai berikut.
1) Menjalin komunikasi dan memelihara semangat nasionalisme.
2) Menyiapkan kekuatan untuk menyambut kemerdekaan.
3) Mempropagandakan kesiapan untuk merdeka.
4) Memantau perkembangan Perang Pasifik.
4. Perjuangan Melalui Perlawanan
Bersenjata
a. Peristiwa Cot Plieng, Aceh 10 November 1942
Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di
Cot Plieng Lhokseumawe. Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama tidak berhasil,
sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang
melaksanakan salat Subuh. Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat
berusaha menahan serangan dan berhasil memukul mundur pasukan Jepang untuk
kembali ke Lhokseumawe. Begitu juga dengan serangan kedua, berhasil digagalkan
oleh rakyat. Baru pada serangan terakhir (ketiga) Jepang berhasil membakar
masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan
diri dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang salat.
b. Peristiwa Singaparna
Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Singaparna Jawa Barat di
bawah pimpinan KH. Zainal Mustafa, tahun 1943. Beliau menolak dengan tegas
ajaran yang berbau Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap
pagi, yaitu memberi penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan
badan ke arah matahari terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung
perasaan umat Islam Indonesia karena termasuk perbuatan syirik/menyekutukan
Tuhan. Selain itu beliaupun tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat tanam
paksa.
Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah mempersiapkan para
santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk mengepung dan mengeroyok
tentara Jepang, yang akhirnya mundur ke Tasikmalaya.
Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk mengakhiri
pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Februari 1944, terjadilah
pertempuran sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang setelah salat Jumat.
Meskipun berbagai upaya perlawanan telah dilakukan, namun KH. Zainal Mustafa
berhasil juga ditangkap dan dibawa ke Tasikmalaya kemudian dibawah ke Jakarta
untuk menerima hukuman mati dan dimakamkan di Ancol.
c. Peristiwa Indramayu, April 1944
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan
kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja
paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa Karang
Ampel, Sindang Kabupaten Indramayu.
Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah
(Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah
mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.
d. Pemberontakan Teuku Hamid
Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton
pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Ini terjadi pada
bulan November 1944.
Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan membunuh
para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi tersebut memaksa
sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat ditumpas.
Di daerah Aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di Kabupaten
Berenaih yang dipimpin oleh kepala kampung dan dibantu oleh satu regu Giyugun
(perwira tentara sukarela), namun semua berakhir dengan kondisi yang sama yakni
berhasil ditumpas oleh kekuatan militer Jepang dengan sangat kejam.
e. Pemberontakan Peta
• Perlawanan PETA di Blitar (29
Februari 1945)
Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr.
Ismail. Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha
maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan.
Sebagai putera rakyat para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di
samping itu sikap para pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan
prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan PETA di Blitar merupakan perlawanan
yang terbesar di Jawa. Tetapi dengan tipu muslihat Jepang melalui Kolonel
Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil ditipu dengan
pura-pura diajak berunding. Empat perwira PETA dihukum mati dan tiga lainnya
disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco Supriyadi berhasil meloloskan diri.
• Perlawanan PETA di Meureudu-Pidie,
Aceh (November 1944)
Perlawanan ini dipimpin oleh Perwira Gyugun Teuku Hamid. Latar belakang
perlawanan ini karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat pada
umumnya dan prajurit Indonesia pada khususnya.
• Perlawanan PETA di Gumilir,
Cilacap (April 1945)
Perlawanan ini dipimpin oleh pemimpin regu (Bundanco) Kusaeri bersama
rekan-rekannya. Perlawanan yang direncanakan dimulai tanggal 21 April 1945
diketahui Jepang sehingga Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April 1945. Kusaeri
divonis hukuman mati tetapi tidak terlaksana karena Jepang terdesak oleh
Sekutu.
f. Perlawanan Pang Suma
Perlawanan Rakyat yg dipimpin oleh Pang Suma berkobar di Kalimantan Selatan.
Pang Suma adalah pemimpin suku Dayak yg besar pengaruhnya dikalangan suku-suku
di daerah Tayan dan Meliau. Perlawanan ini bersifat gerilya untuk mengganggu
aktivitas Jepang di Kalimantan.
Momentum perlawanan Pang Suma diawali dengan pemukulan seorang tenaga kerja
Dayak oleh pengawas Jepang, satu di antara sekitar 130 pekerja pada sebuah
perusahaan kayu Jepang. Kejadian ini kemudian memulai sebuah rangkaian
perlawanan yang mencapai puncak dalam sebuah serangan balasan Dayak yang
dikenal dengan Perang Majang Desa, dari April hingga Agustus 1944 di daerah
Tayan-Meliau-Batang Tarang (Kab. Sanggau). Sekitar 600 pejuang kemerdekaan
dibunuh oleh Jepang, termasuk Pang Suma.
g. Perlawanan Koreri di Biak
Perlawanan ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan “Koreri” yang
berpusat di Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang
diperlakukan sebagai budak belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan
tersebut rakyat banyak jatuh korban, tetapi rakyat melawan dengan gigih.
Akhirnya Jepang meninggalkan Pulau Biak.
h. Perlawanan di Pulau Yapen Selatan
Perlawanan ini dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu sudah mendekat maka memberi
bantuan senjata kepada pejuang sehingga perlawanan semakin seru. Nimrod dihukum
pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat. Tetapi rakyat tidak takut dan
muncullah seorang pemimpin gerilya yakni S. Papare.
i. Perlawanan di Tanah Besar Papua
Perlawanan ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan rakyat di Papua, terjadi
hubungan kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan penyusup Sekutu sehingga
rakyat mendapatkan modal senjata dari Sekutu.